DIET PADA IBU HAMIL DENGAN KONSTIPASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstipasi
atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana
seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau
tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat
menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat
disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan
kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
Secara
patofisiologi, konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam
kolon atau pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer,
penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit
sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Berdasarkan
modifikasi dari Walker Smith dkk 1983, keadaan yang menyebabkan konstipasi
antara lain :
1.Faktor
mekanik : makanan yang dimakan rendah serat, kadar karbohidrat dan protein
tinggi atau mendapat susu formula yang berlebihan. Obstruksi mekanis juga
menimbulkan konstipasi misalnya Lesi stenotik anorektal.
2.Faktor
neurogenik : Lesi medula spinalis, postganglionik, antikolinergik serta
penyakit yang menimbulkan komplikasi terhadap kebiasaan buang air besar.
3.Faktor
muskuler : Atoni dan defek matabolik, hipokalemia dan masukan cairan kurang.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas
mata kuliah Gizi Pada Kesehatan Reproduksi dan untuk menambah pengetahuan
mahasiswa tantang diet ibu hamil konstipasi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konstipasi.
b.
Untuk mengetahui penyebab konstipasai pada kehamilan.
c Untuk mengetahui manifestasi klinis
konstipasi.
d.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada konstipasi.
e.
Untuk mengetahui terapi konstipasi.
f. Untuk mengetahui polamakan pada ibu hamil
dengan konstipasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konstipasi
Konstipasi
merupakan kelambatan perlintasan sisa makanan karena penumpukan feses yang
keras dan kering disertai nyeri, distensi abdomen serta massa yang bisa diraba.
Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit. Konstipasi sulit
didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat vairasi yang
berlainan antara individu. Konstipasi sering diartikan sebagi kurangnya
frekuensi buang air besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan
feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadang kala disertai kesulitan sampai
rasa sakit saat BAB.Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah
ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula rektum pada colok dubur, dan
atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto
polos perut.
2.2 Patofisiologi
Dipengaruhi
oleh diet, komposisi tinja, motilitas saluran cerna, dan obstruksi mekanis.
Agar terjadi defekasi normal, anak harus merasakan tinja didalam rektum,
kemudian diafragma dan otot abdomen akan berkontraksi. Spingter anus harus
berelaksasi sebagai respon terhadap dorongan bolus tinja. Kelainan
komponen-komponen yang mengatur defekasi normal akan menimbulkan konstipasi.
2.3
Manifestasi Klinis
Mula
timbul dan lamanya konstipasi :
1.Konstipasi
akut
Lamanya
konstipasi : 1-4 minggu
Penyebab
tersering : infeksi virus, obstruksi mekanis, dehidrasi, dan botulism infantil
2.Konstipasi
kronik
Lama
konstipasi : lebih dari 1 bulan
Penyebab
: biasanya fungional, penyakit Hirschsprung
3.Pemeriksaan
fisik
a.Bentuk feses
b.Pemeriksaan
neurologis umum, dihubungkan dengan adanya inervasi sfingter ani atau striktur
c.
Adakah distensi abdomen, prominen pada Hirschsprung atau konstipasi fungsional yang lama
d.Pemeriksaan
rektal dapat ditemukan lesi stenosis atau dugaan Hirschsprung berupa rektum
yang kosong dan pendek dan bila jari-jari dikeluarkan keluar gush yang tipik
dari cairan dan gas. Pada konstipasi
fungsional dapat diraba massa feses dibawah sfingter ani. Perhatikan adanya
fissura in-ano atau lesi perianal lain.
2.4 Penyebab
Konstipasi Pada Kehamilan
1.
Penekanan langsung pada usus oleh uterus dan janin
2.
Berkurangya atau berubahnya asupan makanan dan cairan
3.
Berkurangnya olah raga dan aktifitas fisik
4.
Relaksasi otot polos usus yang ditimbulkan oleh hormon karena :
a. Peningkatan
progesteron
b. Penurunan produksi
motilin oleh dinding usus
c. Peningkatan
enteroglukagon yang diproduksi oleh dinding usus
d.Impaksi fekal lebih
cenderung terjadi pada kehamilan karena air dan garam diserap dengan jumlah
yang lebih besar dalam kolon akibat :
1.
Peningkatan waktu transit yang disebabkan oleh relaksasi otot polos usus
2.
Kerja prolaktin
3.Aktifasi
poros renin- angiotensin-aldosteron (glosarium) pada kehamilan dan peningkatan
absorpsi garam serta air.
2.5 Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan laboratorium : urin lengkap (terutama pada konstipasi kronik), dan
pemeriksaan kmungkinan kearah penyakit spesifik seperti hipotiroid, dan
hiperkalsemi.
2.
Barium enema, pada dugaan adanya lesi obstruksi distal.
3.
Manometri rektal, perlu untuk diagnosis Hirschsprung atau ultra short segment
namun positif.
4.Biopsi,
pada Hirschsprung dapat ditemukan tidak adanya sel-sel ganglion, aktifitas
kolinesterase meningkat.
2.6 Terapi
1.
Aktivitas dan olahraga teratur
2.
Asupan cairan dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup
3.
Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap
hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5 –
10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk
BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap
tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan
untuk BAB ini.
4.Jika
modifikasi perilaku kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologi, dan
biasanya dipakai obat – obatan golongan pencahar.
Ada
4 tipe golongan obat pencahar:
1.
Memperbesar dan melunakan massa fesef anatara lain:
a.
cereal
b.
methy selulos
c.
psilium
2.Melunakan
dan melincinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan
feses, sehingga mempermudah penyerapan air.contohnya antara lain:
a. minyak kastor
b.golongan docusate
c.golongan
osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain:
·
Sorbitol
·
Lactulose
·
Glycerin
·
Merangsang peristaltik, sehingga
meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu
diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bila dipakai untuk jangka panjang,
dapat merusak pleksus mesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya,
Bisakodil dan Fenolptalein.
d.Dijumpai
konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara – cara
tersebut diatas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Pada umumnya, bila
tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan
tindakan pembedahan.
2.7 Pola Makan
1.
Minum air yang cukup
Air
8 gelas sehari. Karena anda membutuhkan cairan yang cukup bagi anda dan juga
bayi. Cairan dibutuhkan untuk membangun sel darah merah dan sirkulasi, serta
mengatur suhu tubuh. Cairan diperlukan tubuh untuk mengatasi konstipasi.
2.
Makan makanan berserat, buah-buahan dan
sayuran
Perbanyaklah
makan makanan yang berserat tinggi, buah-buahan dan sayuran dapat membantu
mengatasi konstipasi selama kehamilan.
3. Kebutuhan energi dan protein
Kondisi
kehamilan memang akan menyebabkan kebutuhan energi dan protein yang bertambah.
Namun hal tersebut bukan berarti mentolerir seorang bumil dapat makan sebanyak
banyaknya dengan alasan “makan untuk dua orang”. Penambahan energi yang
direkomendasikan hingga masa akhir kehamilan berdasarkan hasil penelitian
terbaru di bidang maternal tak lainnya hanya sebesar 85.000 kcal. Kcal sebesar
85 ribu ini pun telah mencakup energi yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan
baru,
supply
energi untuk jaringan baru, simpanan dalam bentuk lemak serta 10% energi yang
hilang untuk metabolisme tubuh.
Dengan memperhitungkan
masa kehamilan yang hanya 280 hari, rata rata penambahan kalori yang sebenarnya
dibutuhkan oleh bumil hanya sebesar 300 kcal (85.000/280). Jumlah ekstra kalori
tersebut tak lebih dari pengkonsumsian sebuah joghurt 250-300 gr dengan kadar
lemak 3,5%!. Itupun sebenarnya ekstra kalori benar benar dibutuhkan khususnya
sejak 5 bulan kehamilan. Penambahan kebutuhan protein sebenarnya hanya sebesar
0,9-1,0 gr per kg BB per hari. Meningkatkan konsumsi sumber protein sebanyak
mungkin dengan alasan “hamil” juga sebenarnya bukan merupakan tindakan
bijaksana. Jumlah protein yang ditambah sendiri biasanya hanya dianjurkan bila
asupan energi juga cukup. Bila kondisi tersebut tidak dipenuhi, asam amino akan
digunakan terlebih dahulu untuk produksi energi.
4.
Kebutuhan Mikronutrisi Asam Folat dan
Vitamin A
Tambahan asupan
mikronutrisi juga dibutuhkan selama masa kehamilan. Asam folat, VitaminA,
Sodium, Kalsium, Magnesium, Besi, Yodium adalah beberapa mikronutrisi yang
penting dicatat di masa ini.
Asam
folat amat dibutuhkan saat terjadinya penambahan jumlah sel di masa awal
kehamilan. Kekurangan asam folat biasanya akan dikaitkan dengan tingginya
risiko si bayi mengalami “neural tube defects”, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
dan lahir prematur. Vitamin A dalam bentuk retinol berkontribusi terhadap
kualitas pengelihatan si kecil. Pada daerah dengan masalah defisiensi vitamin
A, transfer aktif vitamin A ke fetus akan tetap terjadi walau sang ibu memiliki
serum-vitamin A yang rendah dalam darahnya. Bahkan di tri semester tiga
kehamilan, fetus akan mulai menimbun vitamin A dalam organ hatinya. Kolostrum
yang ibu produksi setelah melahirkan si kecil merupakan sumber makanan yang
kaya akan vitamin A. Namun perlu diperhatikan bahwa seorang ibu yang mengalami
defisiensi vitamin A tidak akan memiliki kuantitas transfer vitamin A yang
cukup melalui plasenta dan ASI. Ibu menyusui yang berada di daerah endemik
defisiensi vitamin A harus mendapatkan supplementasi vitamin A (200.000 IU)
selama masa 8 minggu pertama setelah melahirkan. Supplementasi vitamin A ini
tidak boleh dilakukan saat si ibu hamil mengingat adanya efek teratogenik yang
diamati pada pemberian dosis tinggi vitamin A pada masa kehamilan.
Kebutuhan
Sodium, Kalsium, Magnesium. Pengkonsumsian sodium dan kalsium dengan jumlah
“sedang” juga diperlukan. Kalsium berperan penting dalam mekanisme pengaturan
selama masa kehamilan dan menyusui. Ia juga akan meningkatkan absorbsi
intestinal yang terjadi. Biasanya, setelah masa 6-12 bulan sang ibu melewati
masa menyusui, depot kalsium di tubuhnya akan kembali terisi. Seorang bumil
yang mengkonsumsi kalsium minimal 1000 mg Ca/hari akan kecil memiliki risiko
terkena PIH (Pregnancy Induced Hypertension). Kekurangan magnesium biasanya
dialami oleh 5-30% bumil dengan ditandai adanya keluhan kram (Nocturnal
Systremma). Suplementasi
secara oral dari
mikronutrisi ini terbukti akan mengurangi keluhan kram pada ibu yang sedang
mengandung.
5.
Kebutuhan Besi dan Iodium
Besi
juga merupakan mikronutrisi yang amat diperlukan dalam masa kehamilan. Anemia
saat kehamilan biasanya akan mempertinggi risiko terjadinya BBLR pada bayi,
tingginya insidens kelahiran prematur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kematian pada ibu saat melahirkan. Perlu diingat, anemia tidak selalu
disebabkan karena kekurangan besi dalam darah. Kebanyakan wanita menderita
anemia yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan besi, asam folat, vitamin B12
dan vitamin A.
Kekurangan
iodium saat masa kehamilan sedapat mungkin harus dihindari. Seorang bumil
idealnya harus memiliki persediaan iodium yang mencukupi agar transfer iodium
ke fetus yang dikandungnya dapat mencukupi. Asupan iodium yang kurang dalam
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan otak fetus, BBLR,
kretin dan kongenital yang abnormal. Mengingat pentingnya fungsi iodium dalam
masa ini, bumil dianjurkan untuk mengkonsumsi produk produk fortifikasi iodium
seperti garam ber-iodium dan minyak ber-iodium.
2.8 Syarat menu yang baik
1.
Pola menu seimbang
Pola menu seimbang di harapkan dapat
memenuhi kebutuhan gizi. Susunan m,akanan yang di hidangkan dapat memenuhi
kebutuhan gizi sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan juga aktifitas yang di
lakukan
2.
aspek warna dan kombinasi
Warna
dan kombinasi makanan harus menarik sehingga dapat membangkitkan selera makan,
namun penggunan pewarna dan bahan tambahan makanan juga harus memperhatikan
keamanan nya dan di utamakan menggunakan pewarna alami
3.
tekstur dan konsistensi
Tekstur
dan konsistensi makanan yang di
hidangkan di sesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan umur. Bentuk makan bayi,
lamsia, dan orang yang mengalami gangguan kesehatan khususnya pencernaan akan
berbeda dengan orang dewasa pada umumnya.
4.
rasa dan aroma
Aroma
masakan yang kuat di kombinasikan dengan makanan yang tidak tajam baunya. Bahan
makanan seperti kol harus di kombinasikan dengan bahan makanan segar
5.
ukuran dan bentuk potongan
Adanya
kreasi dalam bentuk potongan dapat membangkitkan selera makan
6.
suhu
Pertimbangkan
makanan yang harus di hidangkan panas atau dingin dengan menyesuaikan
lingkungan, udara atau iklim. Missal, sop atau soto lebih eenak di nikmati
dalam cuaca dingin sedangkan es cream dan sop buah lebih enak di sajikan dalam
cuaca panas
7.
Penyajian menarik
Bila
perlu makanan di sajikan dengan hiasan, selain itu disajikan dalam keadaan yang
bersih, terhindar dari pencemaran yang dapat membahayakan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Konstipasi merupakan kelambatan perlintasan sisa makanan karena penumpukan
feses yang keras dan kering disertai defekasi yang nyeri, distensi abdomen
serta massa yang bisa diraba.
2.
Tujuan diet konstipasi adalah mencapai dan mempertahankan status gizi yang
normal sehingga diharapkan pembuangan feses khususnya pada ibu hamil dengan
dapat berjalan dengan lancar dan tidak mempengaruhi keshatan baik ibu maupun
janin yang dikandungnya
3.2
Saran
1.
Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan berupa
penyuluhan bagi ibu hamil mengenai dampak yang dapat terjadi dari komplikasi
pada masa kehamilan.
2.
Bagi ibu hamil agar rajin dan
memeriksakan kehamilannya secara rutin (setidaknya 1 kali setiap bulannya)
dengan harapan dapat mengurangi risiko komplikasi pada kehamilan
3.
Ibu hamil sebaiknya selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi selama kehamilanya
agar terhindar dari bahaya komplikasi kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyoningsih,
hariyana.2011.Gizi untuk kesehatan ibu
dan anak. Yogyakarta; graha ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar